Monday, June 6, 2011

Produksi Berlipat Karena Berhemat

XAMTHONE PLUS Jus manggis untuk segala penyakit. Peluang usaha waralaba jus manggis xamthone plus klik www.waralabaxamthone.com UNTUK BELANJA ONLINE KLIK www.binmuhsingroup.comDETAILPRODUK KUNJUNGI www.grosirxamthoneplus.blogspot.comUNTUK PEMESANAN HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster binmuhsin_group@yahoo.co.id
===

Dengan mengurangi jumlah air untuk penyiraman hingga separuh dari normal, produksi buah manggis di salah satu kebun di Bukit Kayu Hitam, Kedah, Malaysia, justru meningkat dari 3,8 ton/ha menjadi 4,4 ton/ha. Buah pun lebih manis dari semula 17,2o brix menjadi 18,1o brix.

Itulah hasil penelitian Dr Ir Adiwirman MS, dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) 5 tahun silam. Biasanya saat kemarau pekebun di sana menyiram manggis hingga 150 liter air per tanaman setiap harinya. Dalam sehektar lahan populasi manggis 625 pohon. Artinya setiap hari pekebun memerlukan pasokan 93.750 liter air per ha. Di kawasan itu kebutuhan air tinggi karena temperatur udara saat kemarau mencapai 38 - 39oC sehingga penguapan tanaman tinggi.

Menurut Adiwirman, meskipun pekebun di sana tidak mengalami kendala untuk memperoleh air, tapi kebutuhan air yang tinggi juga menguras biaya produksi. Pasalnya, untuk memperoleh air yang banyak itu pekebun mesti mengeluarkan biaya tinggi untuk memompa air dari sumber ke kebun. Dengan mengurangi separuh kebutuhan air, maka diharapkan biaya pengairan pun turut berkurang.

Buah kecil

Kendala kurangnya air saat kemarau juga kerap dialami pekebun manggis di tanahair. Contohnya pekebun dan eksportir manggis di Tanggamus, Lampung, Hasan Basri. Saat kemarau ia mesti mengangkut air menggunakan jeriken dari sungai terdekat untuk menyiram pohon manggis di kebunnya yang terletak di perbukitan.

Karena itu kebutuhan air tidak tercukupi secara optimal. “Akibatnya ukuran buah saat kemarau menjadi kecil dan produksi buah pun anjlok,” ujar Hasan. Menurut kepala Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Sobir PhD, selain ukuran buah kecil, buah juga mudah rontok apabila tanaman kurang air. Pasalnya, pertumbuhan dan perkembangan buah membutuhkan air yang berperan sebagai alat transportasi nutrisi. Oleh sebab itu saat kemarau manggis tak boleh kekurangan air bila ingin tetap berproduksi optimal. “Minimal kebutuhan minimum air tanaman terpenuhi,” kata Sobir.

Untuk menghemat dan mengatasi kendala kekurangan air saat kemarau, Adiwirman menerapkan teknik pengeringan akar sebagian atau partial root drying (PRD). Dalam penelitian itu area perakaran manggis dibagi menjadi 2 bagian. Pengairan diberikan pada kedua sisi secara bergantian. Contohnya pada 2 pekan pertama air diberikan pada area perakaran sebelah kiri. Pada 2 pekan berikutnya baru sisi yang kanan. Begitu seterusnya. “Dengan begitu jumlah air lebih hemat hingga separuh dari kebutuhan normal. Karena itu PRD juga cocok diterapkan di kebun yang kurang air saat kemarau agar tetap berproduksi optimal,” ujar Adiwirman.

Stres

Menurut Adiwirman teknik PRD membuat tanaman stres. “Pada kondisi stres tanaman memunculkan fruitset (jumlah bunga yang menjadi buah, red.) lebih banyak sehingga produktivitas buah meningkat,” kata peraih gelar doktor di Universiti Putra Malaysia. Itu juga dibuktikan para pekebun anggur wine di Australia. Dengan menerapkan teknik PRD, mereka sukses mendongkrak produksi dari semula 9,2 ton anggur/ha menjadi 11,4 ton. Teknik itu juga diterapkan pada budidaya leci, mangga, dan manggis yang dikelola intensif di Australia.

Teknik PRD juga berfaedah mengurangi kehilangan uap air. Hasil penelitian Adiwirman menunjukkan stres air di perakaran manggis meningkatkan konsentrasi asam absisat (ABA) dan prolin dari masing-masing 1,59 ppm dan 0,0346 µg/ml menjadi 1,93 ppm dan 0,0383 µg/ml. Sinyal kimia berupa ABA dari akar yang stres merangsang penutupan stomata alias mulut daun sehingga penguapan air berkurang.

Sedangkan di daerah akar yang diairi terjadi tekanan air di xilem (pembuluh tanaman yang berfungsi mengangkut hara dan mineral, red.) yang merangsang pembukaan stomata. Dengan begitu penguapan serta pertukaran gas karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) yang berperan dalam fotosintesis tetap berlangsung. Reaksi antagonis tersebut menguntungkan tanaman karena dapat mengurangi kehilangan uap air tanpa mengganggu proses fotosintesis.

Dengan PRD, stres air saat pergantian musim dari hujan ke kemarau tidak terjadi secara mendadak. Dengan begitu dapat mencegah munculnya getah kuning. “Getah kuning muncul akibat perubahan kelembapan osmotik tanah yang terjadi secara drastis,” ujar Sobir. Teknik PRD yang dilakukan saat kemarau juga membuat rasa buah lebih manis. Itu karena pengisian buah berupa kandungan gula umumnya terjadi saat kemarau, yaitu saat energi matahari tinggi dan meningkat karena adanya stres air. Jadi, meski lebih sedikit mendapat air produksi dan kualitas manggis justru meningkat. (Tri Istianingsih)

No comments:

Post a Comment